Distan Canangkan Gerakan Tanam Kedelai di Kabupaten Bandung

Dinas pertanian Kabupaten Bandung dan Kelompok Tani Karya Mandiri Citaman dalam gerakan tanam kedelai tahun 2019.
Dinas pertanian Kabupaten Bandung dan Kelompok Tani Karya Mandiri Citaman dalam gerakan tanam kedelai tahun 2019. [Photo oleh indeksnews]

Penanaman kedelai pada awal musim hujan ini, Distan mentargetkan seluas 914 hektare lahan pertanian kedelai di Kabupaten Bandung.

Di antaranya seluas 15 hektare di Kecamatan Nagreg. Dengan ketersediaan benih 40 kg per hektare atau sekitar 36,5 ton untuk musim tanam akhir Desember 2019 ini.

Pencanangan tanaman kedelai itu turut dihadiri Direktur Aneka Kacang dan Umbi Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian RI Amirudin Pohan, selain perwakilan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jabar.

Kehadirannya memberikan motivasi kepada kelompok tani untuk segera bertanam dan semangat bertanam.

Sebelumnya, luas areal tanaman kedelai di Kabupaten Bandung mencapai 5000 hektare karena didukung ketersediaan benih.

Namun untuk musim tanam akhir tahun 2019 ini mengalami pengurangan luas areal tanam karena disesuaikan dengan ketersediaan benih kedelai yang disalurkan pemerintah pusat melalui anggaran APBN.

Pada tahun ini mengalami kekurangan atau kesulitan benih kedelai, bahkan benih yang ada pun dimanfaatkan oleh daerah penghasil.

Kepala Distan Kabupaten Bandung Ir. H. Tisna Umaran, M.P., melalui Kabid Tanaman Pangan Ir. Ina Dewi Kania, M.P., mengatakan, seperti biasa gerakan tanam kedelai disaat awal musim hujan.

Biasanya, penanaman kedelai pada bulan September atau Oktober, ternyata pada bulan-bulan tersebut kondisi iklim normal dan tak ada turun hujan.

“Ternyata turun hujan mulai memasuki minggu kesatu Desember 2019 ini,” kata Ina kepada wartawan di sela-sela gerakan tanam kedelai di Desa Citaman Nagreg.

Dampak perubahan iklim tersebut, imbuh Ina, penanaman kedelai mengalami keterlambatan. Sehingga baru dilaksanakan pencanangan penanaman komoditas kedelai saat ini dengan melibatkan Kelompok Tani Karya Tani Mandiri.

Kelompok tani ini sebagai salah satu pelaksana kegiatan pengembangan budidaya kedelai.

“Di Kabupaten Bandung, penanaman kedelai bukan daerah sentra. Sehingga untuk pemenuhan kedelai mengandalkan dari luar wilayah atau banyak impor dari luar Kabupaten Bandung. Sementara kedelai yang kita hasilkan untuk memasok wilayah terdekat,” papar Ina.

Sebenarnya, imbuh Ina, secara spesifik kedelai bagus  ditanam menjelang musim kemarau, disaat ketersediaan air sangat terbatas.

Ia mengatakan, penanaman kedelai di Kabupaten Bandung belum dijadikan tanaman komoditas utama, selama ini hanya tanaman tumpangsari.

“Sebenarnya, permintaan kedelai masih cukup tinggi, namun dari sisi harga kedelai di Kabupaten Bandung itu sulit bersaing dengan kedelai impor,” katanya.

“Produksi kedelai di Kabupaten Bandung sebanyak 1,3-1,4 ton per hektare. Sedang di Cianjur sebagai sentra kedelai  sudah menghasilkan 3 ton per hektare. Setelah kemarau, para petani di Cianjur langsung menanam kedelai. Bahkan di Cianjur, kedelai menjadi komoditas utama,” lanjutnya.

Ina juga menilai, harga pasar kedelai di kalangan para petani belum menarik. Di Kabupaten Bandung dalam kondisi pipilan, harga kedelai antara Rp 6.500-Rp 7.000/kg, sedangkan harga kedelai impor lebih murah yaitu Rp 6.000 dan kualitas lebih baik.

“Meski demikian, kita tetap mendorong para petani untuk mengembangkan pertanian kedelai dengan didukung berbagai program. Petani tak beli benih dan benih pun disiapkan pemerintah,” paparnya.

Ia memperkirakan, para petani di Kabupaten Bandung belum tertarik pada pertanian kedelai sebagai komoditas utama. Para petani lebih tertarik komoditas lainnya, selain disebabkan harga produksi kedelai yang belum bisa bersaing.

Sebenarnya, lanjutnya, produksi kedelai jika dikelola dengan baik sangat menguntungkan, jika dilihat dari sisi ekonomi.

Artinya, para petani tidak menjual kedelai dalam kondisi pipilan kering, tapi diolah menjadi produk makanan atau minuman lain yang bersumber dari baham baku kedelai.

“Misalnya, ada susu kedelai yang bersumber dari kacang kedelai, sehingga kita harus menyiapkan sumber daya manusia unggul. Sebenarnya, di kita juga sudah ada yang ahli dalam mengolah kedelai menjadi produk makanan atau minuman. Di antaranya, di Kecamatan Cangkuang, sudah ada para pengrajin tahu dengan memanfaatkan produksi kedelai yang dihasilkan para petani sekitar,” katanya.

Menurutnya, menanam tanaman kedelai itu lebih dominan pada lahan tadah hujan, selain memanfaatkan lahan di bawah pohon tegakan dengan cara tumpangsari.

“Para petani memanfaatkan lahan sawah ditanami kacang-kacangan atau palawija disaat memasuki musim kemarau. Begitu memasuki musim hujan ditanami tanaman padi,” katanya.

Ia mengatakan, tanaman kedelai itu untuk memutus siklus hama tanaman, karena ada masa lahan istirahat.

“Bahkan tanaman kedelai itu pada bagian akarnya dapat menyuburkan tanah,” pungkasnya. [indeksnews]

0/Post a Comment/Comments

Previous Post Next Post